Menerangkan material dan kemampuan proses
MENGENAL MATERIAL DAN
KEMAMPUAN PROSES
1.
PENGERTIAN LOGAM
Logam adalah unsur kimia
yang mempunyai sifat-sifat kuat, liat, keras, penghantar listrik dan panas,
serta mempunyai titik cair tinggi. Bijih logam ditemukan dengan cara
penambanganyang terdapat dalam keadaan murni atau bercampur. Bijih logam yang
ditemukan dalam keadaan murni yaitu emas, perak, bismut, platina, dan ada yang
bercampur dengan unsur-unsur seperti karbon, sulfur, fosfor, silikon, serta
kotoran seperti tanah liat, pasir, dan tanah.
Bijih logam yang
ditemukan dengan cara penambangan terlebih dahulu dilakukan proses pendahuluan
sebelum diolah dalam dapur pengolahan logam dengan cara dipecah sebesar kepalan
tangan, dipilih yang mengandung unsur logam, dicuci dengan air
untukmengeluarkan kotoran, dan terakhir dikeringkan dengan cara dipanggang
untuk mengeluarkan uap yang mengandung air. Ada dua jenis logam. Yaitu logam
ferro dan non ferro.
1.1. Logam Ferro
Logam ferro adalah adalah
logam besi(Fe). Besi
merupakan logam yang penting dalam bidang teknik, tetapi besi murni terlalu
lunak dan rapuh sebagai bahan kerja, bahan konstruksi dll. Oleh karena itu besi
selalu bercampur dengan unsur lain, terutama zat arang/karbon (C).
Sebutan
besi dapat berarti :
1. Besi murni dengan simbol kimia Fe yang hanya dapat
diperoleh dengan jalan reaksi kimia.
2. Besi teknik adalah yang sudah atau selalu bercampur
dengan unsur lain.
Besi teknik terbagi atas
tiga macam yaitu :
1. Besi mentah atau besi kasar yang kadar karbonnya
lebih besar dari 3,7%.
2. Besi tuang yang kadar karbonnya antara 2,3 sampai
3,6 % dan tidak dapat ditempa. Disebut besi tuang kelabu karena karbon tidak
bersenyawa secara kimia dengan besi melainkan sebagai karbon yang lepas
yang memberikan warna abu-abu kehitaman, dan disebut besi tuang putih karena
karbon mampu bersenyawa dengan besi.
3. Baja atau besi tempa yaitu kadar karbonnya kurang
dari 1,7 % dan dapat ditempa.
Logam
ferro juga disebut besi karbon atau baja karbon. Bahan dasarnya adalah unsur
besi (Fe) dan karbon ( C) , tetapi sebenarnya juga mengandung unsur lain
seperti : silisium, mangan, fosfor, belerang dan sebagainya yang kadarnya
relatif rendah. Unsur-unsur dalam campuran itulah yang mempengaruhi sifat-sifat
besi atau baja pada umumnya, tetapi unsur zat arang (karbon) yang paling besar
pengaruhnya terhadap besi atau baja terutama kekerasannya.
Pembuatan
besi atau baja dilakukan dengan mengolah bijih besi di dalam dapur tinggi yang
akan menghasilkan besi kasar atau besi mentah. Besi kasar belum dapat digunakan
sebagai bahan untuk membuat benda jadi maupun setengah jadi, oleh karena itu,
besi kasar itu masih harus diolah kembali di dalam dapur-dapur baja. Logam yang
dihasilkan oleh dapur baja itulah yang dikatakan sebagai besi atau baja karbon,
yaitu bahan untuk membuat benda jadi maupun setengah jadi.
1.2. Logam Non
Ferro
Logam non ferro atau logam
bukan besi adalah logam yang tidak mengandung unsur besi (Fe). Logam non ferro murni kebanyakan tidak digunakan
begitu saja tanpa dipadukan dengan logam lain, karena biasanya sifat-sifatnya
belum memenuhi syarat yang diinginkan. Kecuali logam non ferro murni, platina,
emas dan perak tidak dipadukan karena sudah memiliki sifat yang baik, misalnya
ketahanan kimia dan daya hantar listrik yang baik serta cukup kuat, sehingga
dapat digunakan dalam keadaan murni. Tetapi karena harganya mahal, ketiga jenis
logam ini hanya digunakan untuk keperluan khusus. Misalnya dalam teknik proses
dan laboratorium di samping keperluan tertentu seperti perhiasan dan
sejenisnya.
Logam non fero juga digunakan untuk campuran besi
atau baja dengan tujuan memperbaiki sifat-sifat bajja. Dari jenis logam non
ferro berat yang sering digunakan uintuk paduan baja antara lain, nekel,
kromium, molebdenum, wllfram dan sebagainya. Sedangkan dari logam non ferro
ringan antara lain: magnesium, titanium, kalsium dan sebagainya.
‘’Secara garis besar material atau bahan dibedakan
menjadi dua,yaitu bahan logam (metal) dan non logam. Bahan logam dibedakan
lagimejadi logam besi (ferro) dan bukan besi (non ferro). Termasuk logamferro
adalah besi cor, baja karbon, baja paduan, dan baja stainless’’
2.
Berbagai Macam Sifat Logam
Logam
mempunyai beberapa sifat antara lain: sifat mekanis, sifat fisika, sifat kimia,
dan sifat pengerjaan. Sifat mekanis adalah kemampuan suatu logam untuk menahan
beban yang diberikan pada logam tersebut. Pembebanan yang diberikan dapat
berupa pembebanan statis (besar dan arahnya tetap), ataupun pembebanan dinamis
(besar dan arahnya berubah).
Yang
termasuk sifat mekanis pada logam, antara lain: kekuatan bahan (strength),
kekerasan elastisitas, kekakuan, plastisitas,kelelahan bahan, sifat fisika,
sifat kimia, dan sifat pengerjaan.
Ø
Kekuatan
(strength) adalah kemampuan material untuk menahan tegangan tanpa kerusakan.
Beberapa material seperti baja struktur, besi tempa, alumunium, dan tembaga
mempunyai kekuatan tarik dan tekan yang hampir sama. Sementara itu, kekuatan
gesernya kira-kira dua pertiga kekuatan tariknya. Ukuran kekuatan bahan adalah
tegangan maksimumnya, atau gaya terbesar persatuan luas yang dapat ditahan bahan
tanpa patah. Untuk
mengetahui kekuatan suatu
material dapat dilakukan dengan
pengujian tarik, tekan, atau geser.
Ø
Kekerasan (hardness)
adalah ketahanan suatu
bahan untuk menahan pembebanan yang dapat berupa goresan
atau penekanan. Kekerasan merupakan kemampuan suatu material untuk menahan
takik atau kikisan. Untuk mengetahui kekerasan suatu material digunakan Uji
Brinell.
Ø
Kekakuan
adalah ukuran kemampuan suatu bahan untuk menahan perubahan bentuk atau
deformasi setelah diberi beban.
Ø
Kelelahan
bahan adalah kemampuan suatu bahan untuk menerima beban yang berganti-ganti
dengan tegangan maksimum diberikan pada setiap pembebanan.
Ø
Elastisitas
adalah kemampuan suatu bahan untuk kembali ke bentuk semula setelah menerima
beban yang mengakibatkan
perubahan bentuk. Elastisitasmerupakan kemampuan suatu material
untuk kembali ke ukuran semula setelahgaya dari luar dilepas. Elastisitas ini
penting pada semua struktur yang mengalami beban yang berubah-ubah terlebih
pada alat-alat dan mesin-mesin presisi.
Ø
Plastisitas
adalah kemampuan suatu bahan padat untuk mengalami perubahan bentuk tetap tanpa
ada kerusakan.
Ø
Sifat
fisika adalah karakteristik suatu bahan ketika mengalami peristiwa fisika seperti adanya pengaruh panas atau listrik.
Yang termasuk sifat-sifat fisika adalah sebagai berikut: titik lebur,
kepadatan, daya hantar panas, dan daya hantar listrik.
Ø
Sifat
kimia adalah kemampuan suatu logam dalam mengalami peristiwa korosi. Korosi
adalah terjadinya reaksi kimia antara suatu bahan dengan lingkungannya. Secara
garis besar ada dua macam korosi, yaitu korosi karena efek galvanis dan reaksi
kimia langsung.
Ø
Sifat
pengerjaan adalah suatu sifat yang timbul setelah diadakannya proses pengolahan
tertentu. Sifat pengerjaan ini harus diketahui terlebih dahulu sebelum
pengolahan logam dilakukan.
Ada dua macam pengerjaan yang
biasa dilakukan sebagai berikut.
·
Mineral
Mineral
merupakan suatu bahan yang banyak terdapat di dalam bumi, yang mempunyai bentuk
dan ciri-ciri khusus serta mempunyai susunan kimia yang tetap. Mineral memiliki
ciri-ciri khas antara lain sebagai berikut.
- Warna, mineral mempunyai warna tertentu, misalnya malagit berwarna hijau, lazurit berwarna biru, dan ada pula mineral yang memiliki bermacam-macamwarna misalnya kuarsa.
- Cerat, merupakan warna yang timbul bila mineral tersebut digoreskan pada porselen yang tidak dilicinkan.
- Kilatan merupakan sinar suatu mineral apabila memantulkan cahaya yang dikenakan kepadanya. Misalnya emas, timah, dan tembaga yang mempunyai kilat logam. Kristal atau belahan merupakan mineral yang mempunyai bidang datar halus. Misalnya, seng, bentuk kristalnya dapat dipecah-pecah menjadi beberapa kubus dan patahannya akan terlihat dengan jelas. Setiap mineral memiliki bentuk Kristal yang berbeda-beda. Contohnya bentuk kubus pada galmer (bilih seng), bentuk heksagonal (enam bidang) pada kuarsa, dan lain-lain.
- Berat jenis, mineral mempunyai berat jenis antara 2 – 4 ton/m. Berat jenis iniakan berubah setelah diolah menjadi bahan.
·
Berbagai Jenis Sumber Daya
Mineral
- Unsur-unsur logam
Unsur-unsur
logam dibagi lagi dalam dua kelompok menurut banyaknya, yaitu yang berlimpah di
kerak bumi seperti besi, alumunium, mangan, dan tita-nium, dan yang sedikit
terdapat di alam seperti tembaga, timah hitam.
- Unsur-unsur non logam
Unsur-unsur
non logam (nonmetallic) dapat dibagi menjadi empat kelompok berdasarkan
kegunaannya, antara lain :
·
Natrium klorida,
kalsium fosfat, dan
belerang merupakan bahan-bahan utama industri-industri kimia dan
pupuk buatan.
·
Pasir,
batu kerikil, batu hancur, gips, dan semen terutama dipakai sebagai bahan-bahan
bangunan dan konstruksi lainnya.
·
Bahan
bakar fosil, yaitu yang berasal dari sisa-sisa tanaman dan binatang
seperti batu bara,
minyak bumi, dan
gas alam. Persediaan
energi kita sekarang sangat
bergantung pada bahan-bahan ini.
·
Air
merupakan sumber mineral terpenting dari semuanya yang terdapat melimpah di
permukaan bumi. Tanpa air tidak mungkin kita dapat menanam dan menghasilkan
bahan makanan.
3.
Pemurnian Mineral
Mineral
pada awalnya ditemukan di alam masih bercampur dengan mineral lain sehingga
perlu dilakukan proses pemurnian untuk mendapatkan satu bentuk mineral.
Pemurnian mineral adalah proses memisahkan satu bentuk mineral dari
mineral-mineral lainnya melalui satu proses dan cara tertentu.
3.1. Proses pemurnian bijih besi
Melebur dan
mengoksidasi besi adalah
proses kimia yang
sederhana. Selama proses itu, karbon dalam bentuk kokas dan oksida besi
bereaksi pada suhu tinggi, membentuk metalik iron (besi yang bersifat logam)
dan gas karbon dioksida. Karena bijih besi jarang ada yang murni, batu kapur
(CaCO3) harus juga ditambahkan sebagai imbuh (flux) agar bercampur dengan
kotoran-kotoran dan mengeluarkannya sebagai slag (terak).
Sejak abad ke-14 besi mulai diproduksi
dalam jumlah besar dan dasar-dasar
eksploitasi industri besi
secara modern sudah
dimulai. Setelah itu diperoleh berbagai penemuan dalam
produksi besi, antara lain: (a) metode untuk memproduksi baja yang berkualitas
tinggi dari besi kasar, (b) prosedur-prosedur
tanur
yang lebih efisien, termasuk juga pemakaian kokas yang dibuat dari batu bara
sebagai pengganti arang kayu, akibat semakin berkurangnya persediaan kayu, (c)
metode-metode untuk mereduksi bijih besi. (d) metode-metode untuk
memanfaatkan bijih-bijih besi
yang mengandung kotoran-kotoran perusak seperti fosfor
dan belerang, dan
(e) metode-metode untuk
memproses bijih besi berkadar
rendah.
3.2. Proses pemurnian alumunium
Proses pemurnian
alumunium dengan cara
memanaskan alumunium hidroksida
sampai lebih kurang 1.300°C (diendapkan), akan didapatkan alu-mina. Karena
titik lelehnya tinggi, alumina dilarukan ke dalam cairan klorit (garam Na 3 AlF
6) yang berfungsi sebagai elektrolit sehingga titik lelehnya menjadi rendah
(1000°C). Lima belas persen alumina (Al2O3) dapat diuraikan ke dalam
kriolit,sedang proses elektrolisis di sini sebagai reduksi Al2O3. Bijih bauksit
mula-mula dimurnikan terlebih dahulu dengan proses kimiadan alumunium oksida
murni diuraikan dengan elektrolisis. Bauksit dimasukkan ke dalam
kauksit soda, alumina
di dalamnya membentuk
natrium aluminat,bagian lain
tidak bereaksi dan dapat dipisahkan.
3.3. Proses pemurnian tembaga
Proses
pemurnian tembaga diawali dengan penggilingan
bijih tembaga kemudian
dicampur dengan batu
kapur dan bahan
fluks silika. Tepung
bijih dipekatkan terlebih dahulu,
sesudah itu dipanggang
sehingga terbentuk campuran FeS,
FeO, SiO2, dan CuS. Campuran ini disebut kalsin dan dilebur dengan
batu kapur sebagi fluks dalam dapur reverberatory. Besi yang ada larut dalam
terak dan tembaga, besi yang tersisa dituangkan ke dalam konventor. Udara
dihembuskan ke dalam konventor selama 4 – 5 jam, kotoran-kotoran
teroksidasi, dan besi
membentuk terak yang
dibuang pada selang
waktu tertentu. Panas oksidasi yang dihasilkan cukup tinggi sehingga
muatan tetap cair dan sulfida tembaga akhirnya berubah menjadi oksida tembaga
dan sulfat. Bila aliran udara
dihentikan, oksida bereaksi
dengan sulfida membentuk tembaga blister
dan dioksida belerang.
Setelah itu, tembaga
ini dilebur dan dicor
menjadi slab, kemudian
diolah lebih lanjut
secara elektronik menjadi tembaga murni.
3.4. Proses pemurnian timah putih
(Sn)
Proses
pemurnian timah putih diawali dengan memisahkan bijih timah dan pasir dengan
mencuci lalu dikeringkan. Setelah itu, bijih itu dilebur di dalam dapur corong
atau dapur nyala api dengan kokas dan dituang menjadi balok-balok kecil.
3.5. Proses pemurnian timbel/timah
hitam (Pb)
Bijih-bijih
timbel harus dipanggang terlebih dahulu untuk menghilangkan sulfida-sulfida,
sedang timbel dengan campurannya yang lain berubah menjadi oksida timah
hitam (PbO) dan
sebagian lagi menjadi
timbel sulfat (PbSO4). Dengan menambah kwarsa
(SiO2) pada sulfat di atas suhu yang tinggi akan mengubah timbel
sulfat menjadi silikat. Campuran silikat
timbel dengan oksida timbel yang dipijarkan pakai kokas kemudian dicampur
dengan batu kapur, akan menghasilkan timbel.
3.6. Proses pemurnian seng (Zn)
Proses
pemurnian seng diawali dengan memisahkan bijih seng kemudian dipanggang dalam
dapur untuk mengeluarkan belerang dan asam arang. Setelah itu terjadilah oksida
seng, karbonatnya terurai dan sulfidanya dioksidasi. Bijih seng didapat dari
senyawa belerang di antaranya karbonat seng (ZnCO3), silikat seng (ZnSiO4H2O),
dan sulfida seng (ZnS).
3.7. Proses pemurnian magnesium
Untuk
memperoleh magnesium dilakukan dengan jalan elektrolisis, yaitu dengan cara
memijarkan oksida magnesium bersama-sama dengan zat arang (karbon) atau
silisium ferro sebagai bahan reduksi. Setelah itu magnesium dapat terpisahkan.
3.8. Proses pemurnian perak
Proses
pemurnian perak dilakukan dengan jalan elektrolisis bijih-bijih perak. Bijih
perak yang mengandung belerang dipanggang dahulu kemudian dicairkan. Bijih yang
mengandung timbel dihaluskan
kemudian dicairkan dengan memasukkan zat asam yang banyak sampai
timbel terbakar menjadi glit-timbel dan dikeluarkan sebagai terak. Setelah itu,
hanya tertinggal peraknya saja.
3.9. Proses pemurnian platina
Proses
pemurnian platina tergantung pada zat-zat yang terkandung dalam bijih-bijih
logam. Bijih-bijih yang mengandung emas dikerjakan dalam air raksa,
sedangkan platina tidak
dapat melarut dalam
air raksa. Berikutnya
dengan proses kimiawi (proses
elektrolisis). Platina itu
dapat dibersihkan sampai tercapai keadaan yang murni.
3.10. Proses pemurnian nikel (Ni)
Proses
pemurnian nikel diawali dengan pembakaran bijih nikel, kemudian dicairkan untuk
proses reduksi dengan
menggunakan arang dan
bahan tambahan lain dalam
sebuah dapur tinggi.
Dari proses tersebut
nikel yang didapat kurang lebih
99%. Jika hasil yang diinginkan lebih baik (tidak berlubang), proses
pemurniannya dikerjakan dengan jalan elektrolisis di atas sebuah cawan tertutup
dalam dapur nyala api. Reduktor yang digunakan biasanya mangan dan fosfor.
Komentar