Kandungan Emisi Gas Buang
EMISI GAS BUANG
Adapun karakteristik dari emisi gas buang adalah :
A. HC atau Hidrokarbon
Hidrokarbon(HC)
merupakan unsur senyawa bahan bakar bensin, HC yang ada pada gas buang
adalah dari senyawa bahan bakar yang tidak terbakar habis dalam proses
pembakaran motor, HC diukur dalam satuan ppm (part permillion) (Robert,
1993. Weller, 1989. Spuller, 1987.). Hidrokarbon
total yang ada di atmosfir menunjukkan korelasi yang positif dengan
kepadatan lalu lintas, kebanyakan hidrokarbon yang dilepas adalah metan.
Hidrokarbon
merupakan gas toxid bagi manusia, hidrokarbon yang bersifat
karsinogenik dapat berbahaya karena hidrokarbon didalam udara mengalami
reaksi foto kimia sehingga dapat berubah menjadi gas yang lebih
berbahaya dari pada asalnya (menjadi peroxiasetil nitrat, keton, dan
aldihida) sehingga hidro karbon pada konsentrasi yang sedang sampai
tinggi dapat menyebabkan gangguan kesehatan terutama pada selaput
lendir, mata, hidung dan tenggorokan dan jika terakumulasi dalam waktu
yang agak lama hidrokarbon juga berpotensial menyebabkan penyakit
kanker. (Spuller, 1987. Petter, 1989. Robert, 1993. Soemirat, 2004 )
Hidrokarbon
yang tinggi dapat disebabkan gangguan pada sistem pengapian, misalnya
kabel busi yang jelek, koil yang jelek, busi yang jelek, saat pengapian
terlalu maju serta tekanan kompresi yang rendah, sehingga dengan adanya
gangguan tersebut diatas akan mengakibatkan pembakaran yang tidak
sempurna dan menghasilkan emisi HC yang besar.
B. CO atau Karbonmonoksid
Karbonmonoksid(CO) merupakan senyawa gas beracun yang terbentuk
akibat pembakaran yang tidak sempurna dalam proses kerja motor, gas CO
merupakan gas yang relatif tidak stabil dan cenderung bereaksi dengan
unsur lain, CO dapat diubah dengan mudah menjadi karbon dioksida(CO2)
dengan bantuan sedikit oksigen dan panas, CO diukur dalam satuan %
pervolume atau dalam ppm tetapi dalam industri otomotif sesuai dengan
alat ukur yang digunakan sering diukur dalam satuan % per volume
(Spuller, 1987. Weller, 1989. Robert, 1993, Anonymoys,1994)
Karbonmonoksid(CO)
akan menyebabkan berkurangnya kemampuan darah dalam menyerap oksigen
yang dibutuhkan organ tubuh yang sangat vital yakni otak, paru dan
jantung serta jaringan tubuh, akibat dari adanya kandungan CO dalam
aliran darah (karena kestabilan karboksimoglobin kira-kira 140 kali
kestabilan oksimoglobin sehingga darah akan lebih mudah mengikat CO
daripada O2 yang secara otomotis fungsi darah sebagai pengangkut oksigen
untuk bagian vital tubuh menjadi terganggu). CO pada kadar konsentrasi
yang rendah sampai sedang akan dapat menimbulkan efek penyakit Cardiovascular effect (adanya
ancaman kesehatan akibat menghirup CO dalam konsentrasi rendah) serta
ancaman yang serius bagi penderita penyakit jantung seperti angina,
clogged arteries, sedangkan efek menghirup CO pada konsentrasi sedang
sampai tinggi dapat menyebabkan langsung gangguan pada penglihatan,
kemampuan konsentrasi dalam bekerja, kesulitan dalam menyelesaikan
rangkaian tugas, dalam konsentrasi yang tinggi dapat menyebabkan
kematian (Spuller, 1987, Petter, 1989, Robert, 1993, Wardana ,2001,
Soemirat, 2004 ).
Kadar
CO yang besar diakibatkan oleh perbandingan campuran antara bahan bakar
bensin dan udara tidak sesuai, dimana kandungan bensin terlalu banyak,
tetapi disini walaupun kandungan bahan bakar bensin terlalu banyak
tetapi masih dapat terbakar sehingga menghasilkan emisi CO yang besar,
CO besar dapat disebabkan oleh kesalahan dalam penyetelan karburator
sehingga homogenitas campuran menjadi jelek, filter udara yang kotor
juga akan mengurangi jumlah udara yang masuk kedalam silinder.
C. NOx atau Nitrogen Oksid
Adalah
unsur dari Nitrgen Oksida (NO) dan Nitrogen Oksida (NO2) tetapi dalam
dunia otomotif sering dinyatakan dalam NOx saja, NOx juga merupakan
senyawa gas beracun yang ditimbulkan dari proses pembakaran yang tidak
sempurna serta juga diakibatkan oleh suhu pembakaran diruang bakar yang
cukup tinggi (Spuller, 1987. Weller,1989. Robert, 1993)
NOx
adalah gas toksid bagi manusia, efek yang terjadi tergantung pada dosis
serta lamanya pemaparan yang diterima seseorang, pada konsentrasi
berkisar 50 – 100 ppm dan terpapar dalam waktu beberapa saja orang dapat
terkena peradangan paru-paru, pada fase ini orang masih sembuh kembali
dalam waktu 6 hingga 8 minggu, pada konsentrasi 150 – 200 ppm dapat
menyebabkan pemampatan broncholi dan disebut bronchilitis fibrosis
obliterns, orang dapat meninggal dunia dalm waktu 3 – 5 minggu setelah pemaparan, konsentrasi 500 ppm dapat mematikan dalam waktu 2 – 10 hari.(Wakdbott, GeorgeL. 1973 dalam Soemirat, 2004)
D. Pb atau Timah Hitam
Timah
hitam(Pb) merupakan senyawa beracun yang terkandung dalam bahan bakar
bensin dengan tujuan untuk menaikkan angka oktan bensin sehingga pada
waktu pembakaran dalam proses kerja motor tidak mudah terjadi detonasi
atau knocking (Spuller, et, al. 1987). Timah
hitam adalah neurotoksin racun penyerang syaraf bersifat akumulatif
yang dapat merusak pertumbuhan otak pada anak-anak. Pada saat ini
kandungan Pb/timbal dalam premium masih ada walaupun dalam kandungan
yang sangat kecil ( 0,013 gr/l) untuk premium tanpa timbal dan 0,3 gr/l
untuk premium dengan timbal, data dari Pertamina (Anonymoys,2014)
Studi
mengungkapkan bahwa dampak timah hitam sangat berbahaya pada anak-anak
karena berpotensi menurunkan tingkat kecerdasan (IQ), selain itu timah
hitam (Pb) sebagai salah satu komponen polutan udara mempunyai efek
toksit yang luas pada manusia dan hewan dengan mengganggu fungsi ginjal,
saluran pencemaan, sistem saraf pada remaja, menurunkan fertilitas,
menurunkan jumlah spermatozoa dan meningkatkan spermatozoa abnormal
serta aborsi spontan. (Anonymous, 2001)
Timah hitam (Pb) adalah metal kehitaman yang bersifat racun sistemik,
keracuanan Pb akan menimbulkan gejala-gejala rasa logam di mulut, garis
hitam pada gusi, anorexia, muntah-muntah, kolik, encephlitis, wrist
drop, irritable, perubahan kepribadian, kelumpuhan dan kebutaan,
basophilic stippling dari sel darah merah merupakan gejala patognomonis
bagi keracunan Pb, gejala lain adalah berupa anemia dan albuminuria. Pb
organik cenderung menyebabkan encepahlopathy, pada keracunan akut
terjadi gejala mengines dan cerebral diikuti dengan stupor, koma dan
kematian.(McKinney, Jammes. D. 1980 dalam Soemirat. 2004)
E. CO2 atau Karbon Dioksida
Karbon
dioksida(CO2) merupakan senyawa yang tidak beracun dari hasil
pembakaran motor pada kondisi pembakaran yang baik akan dihasilkan CO2
yang tinggi (min 12% volume), peningkatan CO2 di atmosfer akan membawa
dampak terhadap pemanasan global melalui efek rumah kaca, Menurut
penelitian Intergovernmental Panel on Climate Change, emisi CO2 antropogenik / hasil kegiatan manusia total adalah 7,1 Giga ton karbon per tahum (Weller, 1989. Sumarwoto, 1992. Robert, 1993;).
Sumbangan
Indonesia pada emisi CO2 sedunia adalah sekitar 1,3%, dan sumbangan ini
terus meningkat karena meningkatnya konsumsi energi menyusutnya luas
lahan hutan dan kebakaran hutan, kadar CO2 dalam atmosfer pelan-pelan
naik dari 280 ppm dalam periode praindustri yaitu sebelum tahun 1750
menjadi 358 ppm pada tahun 1994 (Soemarwoto, 2001 ), tingkat emisi gas
rumah kaca cenderung meningkat dari waktu ke waktu akibat meningkatnya
aktivitas manusia setelah era industri.
Apabila
laju peningkatan emisi gas rumah kaca ini tidak diturunkan maka
dikhawatirkan dalam waktu seratus tahun mendatang, konsentrasi gas rumah
kaca di atmosfer akan meningkat dua kali lipat dari konsentrasi saat
ini serta dapat meningkatkan suhu udara global sampai 6,5 °C,
peningkatan suhu global sebesar ini akan menyebabkan terganggunya
kondisi iklim global dan aktivitas biologis di muka bumi (Boer, 2002
dalam Soemarno, 2006).
F. SO2 atau Sulfur
Pembakaran
bahan bakar, gas dan batubara mengandung sulfur tinggi, dan
diperkirakan memberi kontribusi sebanyak sepertiga dari seluruh gas SO2
atmosfir pertahun, akan tetapi karena hampir seluruhnya berasal dari
buangan industri dan kendaraan bermotor maka hal ini dianggap cukup
gawat, apabila pembakaran bahan bakar fosil ini bertambah di kemudian
hari, maka dalam waktu singkat sumber-sumber buatan ini akan dapat
memproduksi lebih banyak SO2 dari pada sumber alamiah, didalam udara
sulfur dioksida mengalami reaksi fotokimia dan berubah menjadi berbagai
macam senyawa sebelum jatuh ke permukaan bumi, gas SO2 misalnya dapat
teroksidasi menjadi –SO3 yang mempunyai sifat iritian yang lebih kuat
daripada SO2. Selain itu –SO3
ini bekerja sinergistik dengan SO2 yang selanjutnya baik SO2 mapun –SO3
dapat bereaksi dengan air dan menjadi asam sulfat yang merupakan iritan
yang kuat, jumlah SO2 dalam udara sangat bervariasi dengan musim maupun
dengan keadaan cuaca sehingga didapat varisasi yang tidak menentu
(Soemirat, 2004).
Wakdbott
dan George L (1973) dalam Soemirat (2004) menyatakan bahwa SO2 dikenal
sebagai gas yang tidak berwarna bersifat iritan yang kuat bagi kulit dan
lendir, pada konsentrasi 6 – 12 ppm SO2 mudah diserap oleh selapu
lendir saluran pernapasan.
Selain
berpengaruh terhadap kesehatan manusia sulfur dioksida(SO2) juga
berpengaruh terhadap tanaman, hewan dan gedung-gedung yang mempunyai
arti sejarah, patung-patung bernilai seni dapat rusak karena SO2 mudah
menjadi H2SO4 yang bersifat korosif, demikian juga yang terjadi pada
knalpot kendaraan seringkali terjadi korosi(keropos) yang tidak disadari
oleh para pemilik kendaraan.
Daftar Pustaka
Sasongko. Widyaiswara Madya Dept Otomotif
http://www.vedcmalang.com/pppptkboemlg/index.php/menuutama/otomotif/999-sasongko1
Komentar