Sebuah percakapan di siang

Sekolah sudah bubaran. Namun sejumlah siswa siang itu masih berbetah-betahan berada disebuah sekolah. Ada yang memilih duduk-duduk di kursi taman. Ada juga yang lebih suka teteap berada dalam kelas, membolak-balik buku, berdiskusi,mebincangkan sesuatu.
Apa yang mereka obrolkan?. Soal guru yang ngamuk karena muridnya ribut atau buat masalah?. Soal si anu yang ganti pacar? Perkara rencana malam minggu mendatang? Entahlah. Yang pasti, tiap hari ketemu, anak sekolah memang selalu saja punya bahan pembicaraan. Dan jika kesempatan ngobrol terbuka, maka suasana ribut pun tercipta. Wek, wek, wek.......
Dan apa yang membuat sejumlah siswa betah-betahan di kelas belakang itu?  Bahkan yang lain sudah pulang sekalipun. Mereka tampak masih asyik membincangkan sesuatu. Rupanya memang sebuah perbincangan seru. ‘’saya punya tetangga , kalau bulan puasa tiap magrib mengadakan pengajian Al-Qur’an. Dari jendela kamarnya, saya bisa mendengar suara itu.’’ Kata dika, sebut saja demikian, cowok dikelas yang biasa bebrbuat aneh-aneh dan itu masih menarik ketika dia mendadak ngomong yang bener seperti ini.
‘’ pada awalnya saya merasa terganggu kerena waktu itu saya lagi mendengarkan musik, music rock lagi. Kan gak enak rasanya kan? Tapi anehnya, sesudah hari kesepuluh bulan ramadhan ini, perasaan itu terganggu itu mulai hilang. Kini malah terasa sejuk. Pokoknya, sulit mengungkapkan perasaan yang tumbuh dalam diri saya,’’ ujarnya seolah takut dibilang sentimentil.
‘’ saya sendiri sekarang mencoba untuk membaca Al-Quran yang telah lama saya tinggalkan, tapi terus terang saya belum bisa memahami makna dan arti dari tajwit bacaan Qur’an. Jadi akhirnya saya hanya asal membaca saja.’’ Tambah Dika.
‘’hal lain yang terjadi pada saya ialah, kalau dulu mendengarkan pembacaan seperti itu rasanya kok lama banget. Tapi sekarang, misalnya ketika peringatan Nuzulul  Qur’an, saya alah merasa singkat banget,’’ ujar Dika masih bersemangat, sementara teman-temannya senyum simpul.
Tentu saja kawan-kawan dika masih heran dengan cerita teman yang urakan ini. Namun dika tentunya tak mau Cuma dianggap begittu saja. Ia ingin tema-temannya urun rembug dengan memberikan pendapatnya. Maka setelah didorong-dorong, kawan-kawan dika pun bersedia memberi komentar.
‘’ kalau saya sih baca al-qur’an kalau lagi bingung atau sedih. Aneh rasanya, setelah saya baca, kok sepertinya saya dapat petunjuk untuk menyelesaikan problem saya. Bisa berpikir lebih jernih, gitu...,’’ ujar Lila yang memberi komentar pertama.
‘’ kalau saya, saya merasa biasa-biasa saja. Cuma saya sering nanya, apa sih makna dari ayat-ayat tersebut. Dan setelah mendengar jawabannya, ternyata saya jadi terneran-heran. Gimana nggak ternyata Al-Qur’an itu luas banget. Isinya betul-betul luar  biasa. Mulai dari masalah berapa lama seorang ibu menyusukan anaknya (Al Baqarah:233), pedoman pergaulan rumah tangga (An Nur:501-61), kejadian manusia (Al Alaq:96), sampai ke masalah warisan,’’ Kata Bud.
Suasana kemudian menjadi heningsebentar. ‘’ Ada gak ayat yang mengatur, gimana mustinya pacaran?.’’ Tanya Yanti sambil tersenyum malu.
‘’ tentu dong! Kalau kamu simak An-Nur 30,31,32, dan seterunya, kamu pasti mendapat jawabnya, di situ dipaparkan bagaimana hukum-hukum kita bergaul. Ya tentu gak sampai hal-hal yang sifatnya teknis banget. Kalau kamu mau lebih detail lagi, ya harus cari Hadist Nabi Muhammads SAW,’’ ujar zaki yang selama ini diam-diam paham banget soal agama.
‘’ Manusia itu seperti mobil. Kalau gak ada buku petunjuk seta bagaimana cara memakainya, akan repot. Saya bisa bayangkan, bagaimana jadinya kalau manusia dicitakan tanpa buku petunjuk. Tentunya peperangan dan konflik akan terjadi. Soalnya manusia akan melanggar aturan main,’’ lanjut zaki dengan tenang.
‘’saya ambial contoh satu soal, yaitu orang yang tiba-tiba putus asa dalam hidupnya. Ngak mau sabar, ngak mau tobat. Tentu dia tidak akan dapat rahmat Allah SWT (Azzumat:53). Coba saja, kalau kita yang satu kelas ini kerjanya bantah-bantahan, malahan ada kelompok-kelompok kaya-miskin, lantas berkelahi, pasti kita semua akan jadi orang lemah,’’ kata Zaki.
Suasana kemudian hening. Tak terasa zaki mampu menyampaikan hal semcam itu. ‘’berbantah-bantahan, bukan hal logis, dengan citra bahwa menang kalah, pasti akan membuat kita jadi rapuh.’’  Tambahny a sambil menunjuk surat Al-Anfal:46.
‘’ Apa Al-Qur’an yang sekarang dicetak  itu tak berubah isinya?’’ tanya Ida dengan suara tersedat, seperti takut.
‘’ Oh, jangan ragu atau takut. Al-Qur’an itu dijamin dan dipelihara dengan pasti. Jangan meragukan misalnya, seolah ada tamabahan-tambahan dikemudian hari. Karena, itu surat Al-Hijr ayat 9. Yang mengatakan: ‘sesungguhnya kami telah menurunkan Al-Qur’an, dan ssesungguhnyakami tetap memeliharanya,’’ tegas Zaki.
‘’ kalau kita ragu, ya itu memang penyakit besar manusia. Ragu, mau menang sendiri, apa yang dituntut sekarang harus terwujud sekarang juga, misalnya, itu penyakit manusia. Nah, sekarang. Kita harus mengikis penyakit itu dong. Karena kita kan sudah tahu, bahwa itu penyakit besar, kronis,’’ lanjut zaki mantap.
Siang itu diskusi memang makin menghangat. Mereka bukan saja menceritakan persoalan diri masing-masing, tapi satu dengan yang lain juga Saling mengisi dengan pengetahuan yang diperoleh dari berbagai tempat. Ya, tentang Al-Qur’an itu.
Saking sayiknya hingga pak kebon mengusir mereka, kerena kelas akan dikunci. Maka mereka segera meninggalkan kelas namun ada yang tertinggal dalam hati mereka semua. Setidaknya apa yang terkhir diucapkan Dika, dan disetujui kawan-kawannya yang lain, sebelum meninggalkan ruanggan kelas itu. ‘’ saya sekarang tak Cuma mendengarkan suara orang mengaji dari jendela. Tapi akan ikut bersama tetangga itu, Mengaji.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kode Kedipan MIL pada Mio GT

Cara Memeriksa Sudut Dwell Dengan Dwell Tester

Perbaikan Kepala Silinder dan Mekanisme Katup